Sri Laelasari : Optimalkan Bumdes agar Harga Jual Hasil Pertanian Stabil
KUNINGAN (KN),- Anggota Komisi II DPRD Kuningan dari Fraksi Gerindra, Sri Laelasari, berharap, agar harga jual hasil pertanian stabil harus mengoptimalkan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) untuk menampung hasil pertanian sehingga harga jual tidak ditentukan tengkulak.
"Hari ini saya sengaja melihat langsung panen ubi (bahasa Sunda boled) di Desa Padarek, Kecamatan Kuningan dan menerima aspirasi dari petani seirirng dengan program Presiden Prabowo Menuju Indonesia Emas 2045," kata Sri kepada kamangkaranews.com, Kamis (26/12/2024).
Selain Bumdes, peranan Bulog (Badan Urusan Logistik) perlu lebih ditingkatkan dan nantinya harga jual hasil pertanian padi (gabah) tidak ditentukan tengkulak tetapi oleh Bumdes yang selanjutnya dijual ke Bulog.
Pemerintah Desa, Bumdes dan pelaku UMKM bekerja sama untuk membantu para petani sehingga ubi tersebut bisa diolah menjadi makanan/kuliner maka akan menambah pendapatan ekonomi petani maupun masyarakat setempat.
Sementara itu, salah seorang petani, Marjana, menyebutkan, ia menggarap lahan pertanian tanaman ubi seluas 700 bata (9.800 m²) menghasilkan ubi 28 ton.
Menurutnya, harga jual ubi besar yang ditentukan tengkulak adalah Rp 1.900 per kg, ubi kecil Rp600 per kg dan ubi "jablay" atau kondisi kulitnya tidak mulus misalnya karena terpotong cangkul, harganya Rp300 per kg.
"Kalau dihitung mah hasil pertanian tanaman ubi keuntungannya sangat sedikit bahkan hampir tidak ada karena harga jual yang ditentukan oleh tengkulak sangat murah, belum lagi harus menyediakan pupuk apalagi Kartu Tani sudah tidak diberlakukan lagi, maka saya membeli pupuk bersubsidi sesuai KTP," katanya.
Kenapa lahan pertanian milik keluarganya harus ditanam ubi bukan selamanya padi ?, ia menjelaskan, Juli-Desember musim kemarau dan kebutuhan air untuk tanaman ubi lebih sedikit dibandingkan padi. Kemudian jika ia hanya menanam padi sedangkan petani yang lain menanam ubi maka tanaman padinya rentan terserang hama.
"Tanaman ubi dipanen 4 bulan sekali, jadi pada bulan Juli - Desember saya menanam ubi, sedangkan Januari-Juni menanam padi," katanya.
Ditanya mengenai Gapoktan dan Mitra Cai, ia mengatakan, Gapoktan maupun Mitra Cai hingga kini masih aktif dan penyuluh pertanian pun masih suka datang memberikan pembinaan kepada para petani.
"Saya mewakili teman-teman petani mengucapkan terima kasih kepada Bu Sri karena mau datang melihat langsung panen ubi serta mendengarkan kesulitan para petani," ucapnya.
Pewarta : deha.
Post a Comment