Siapakah Yanuar Prihatin ?




Oleh: Dadang Hendrayudha. 

Diantara tiga orang calon Bupati Kuningan pada Pemilu 27 November 2024 terdapat nama H. Yanuar Prihatin, M.Si. Namun siapakah sebenarnya H. Yanuar Prihatin, M.Si ?, penulis akan menjelaskan figur yang satu ini. 

H. Yanuar Prihatin, M.Si, menyelesaikan studi S1 Ilmu Administrasi Niaga di Universitas Jakarta (lulus tahun 1996) dan S2 Ilmu Politik Universitas Indonesia (lulus tahun 2003).

H. Yanuar Prihatin, M.Si adalah mantan anggota DPR RI Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa selama dua periode (2014–2019 dan 2019–2024), Daerah Pemilihan Jawa Barat X (Kuningan, Ciamis, Banjar, Pangandaran).

Ia dikenal sangat dekat dengan para kiyai dan pondok pesantren, karena H. Yanuar Prihatin, M.Si merupakan pituin Kuningan putera sulung tokoh nasional asal Desa Cipetir, Kecamatan Lebakwangi, Kabupaten Kuningan, KH. Ahmad Bagdja (Sekjen PBNU era Gus Dur 1994−1999 dan Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) pada 1998−2003). 

H. Yanuar Prihatin, M.Si, seorang motivator nasional yang banyak memberikan inspirasi tentang sukses hidup di berbagai daerah di Indonesia, dengan jumlah peserta trainingnya mencapai 400 ribuan lebih sejak 2013.

Ia aktif di organisasi, diawali menjadi anggota Departemen PC IPNU Kabupaten Cirebon (1988 - 1990), PC PMII DKI Jakarta menjabat Wakil Sekretaris (1992−1993) dan Wakil Ketua (1993 - 1994), Ketua Departamen Penelitian dan Pengembangan PB PMII (1997 - 2000), Wakil Sekretaris PP Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (PP Lakpesdam NU), (2004 - 2009).

Kemudian, PP Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (PP Lakpesdam NU), menjadi Wakil Sekretaris 2004 - 2009 dan Bendahara periode 2015 - 2020, Bendahara PP Lembaga Wakaf dan Pertanahan Nahdlatul Ulama (PP LWP NU), (2009 - 2014), Wakil Sekretaris DPC PKB Kota Bekasi (2002 - 2007), anggota Departemen DPP PKB (2002 - 2005), Ketua DPP PKB (2008 - 2014, 2014 - 2019, 2019 - sekarang). 

Sekretaris PP Majelis Zikir Zulfaqar Indonesia (2008 - sekarang), Pendiri dan Pembina Yayasan Cahaya Sekolah Kehidupan (CSK), 2015 - sekarang, Pembina DPD PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia) Kabupaten Kuningan (2021 - sekarang), Ketua Yayasan Arkasih (2010 - sekarang) dan Pendiri PKBM CSK Kabupaten Kuningan Jawa Barat, 2020.

Di Pilkada 2024, ia diusung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) berpasangan dengan Calon Wakil Bupati Kuningan H. Udin Kusnedi, SE, M.Si dari Partai Amanat Nasional (PAN) dan didukung Partai Bulan Bintang. Paslon tersebut mendapat nomor urut 3, membuat kandidat lainnya tidak menganggap enteng. 

Terlebih ketika selesai mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Kuningan, statemennya di media massa membuat lawan politiknya meriang, saat menjawab pertanyaan wartawan mengenai gagal bayar Pemda Kuningan. Ia mengatakan, "Untuk membersihkan lantai yang kotor harus menggunakan sapu yang bersih dan sapu itu diperoleh dengan cara yang bersih bukan cara yang kotor". 

Tak pelak, hal itu menimbulkan polemik dan pembicaraan hangat berbagai kalangan, bahkan ada pihak tertentu turut "bicara" di media massa, seakan-akan tidak setuju dengan ucapan mantan Wakil Ketua Komisi II DPR RI itu. 

Selama menjadi wakil rakyat, ia telah banyak memberikan kontribusi nyata untuk pembangunan Kuningan dan menjadi sosok penting di balik kegiatan Syiar Islam bertajuk Kuningan Berzikir yang sudah dilakukannya sejak 2014 di berbagai desa di Kuningan.

Apa yang dilakukan untuk pembangunan Kuningan selama ini ?. 

Sebagai anggota DPR RI, sepanjang periode 2020 – 2023, Yanuar Prihatin telah menyalurkan berbagai program pembangunan di Kabupaten Kuningan, nilainya mencapai sekitar Rp.50 miliar lebih. Bila dihitung sejak 2018, total bantuan yang dikucurkan ke Kuningan tak kurang sekitar Rp. 250 miliar. 

Pembangunan tersebut yaitu infrastruktur jalan kabupaten/desa, jembatan, normalisasi dan pembangunan saluran irigasi, jalan rabat beton dan sebagainya (antara lain pembanguan ruas jalan Cipakem - Giriwaringin, Ciwaru - Linggajaya, Karangkancana, Tanjungkerta, Garawangi, Tenjolayar, Tajurbuntu, Caracas, Cibuntu, Cilimus, Maleber, Parakan, Kutakembaran, dan lain-lain). Termasuk Pembangunan jembatan ke arah Desa Cikeusal Kecamatan Cimahi.

Mengapa mencalonkan sebagai Calon Bupati Kuningan ? 

Dihimpun dari berbagai sumber, majunya dalam kontestasi Pilkada di Kabupaten Kuningan bukanlah tanpa alasan kuat. Ia melihat dan memahami Kabupaten Kuningan termasuk salah satu daerah di Jawa Barat yang perkembangannya relatif lambat karena dihadang sejumlah masalah serius. 

Angka kemiskinan masih cukup tinggi sekitar 12,12 % dari total penduduk sekitar 1,2 juta jiwa. Angka penggangguran terbuka mencapai sekitar 9,81 % dari total angkatan kerja sebesar 530.825 orang. Belum terhitung penggangguran "tersembunyi" jumlahnya bisa lebih besar lagi.

Tingkat pendidikan angkatan kerja didominasi oleh lulusan SD ke bawah mencapai 51,42 %. Lulusan SMP 15,82%, lulusan SMA 13,7%, SMK 8,21% dan 10,58% adalah lulusan DI / DII / DIII / Universitas.

Struktur anggaran daerah juga sangat timpang. Dari total pendapatan sekitar 2,8 Triliun, (perubahan APBD 2024 pendapatan daerah diproyeksikan mencapai Rp 3,115 triliun lebih, mengalami kenaikan sebesar Rp 221,675 miliar lebih dari sebelumnya 2,890 triliun) sebagian besar masih ditopang oleh transfer pemerintah pusat 77,73 %.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya menyumbang sekitar 13-15% saja. Pendapatan sebesar itu habis untuk Belanja Pemda mencapai 78,88%, termasuk Belanja Pegawai mencapai 48,68 %. Hanya 6,88% digunakan untuk Belanja Modal (termasuk belanja insfrastruktur jalan, bangunan, tanah dan sebagainya). Belum lagi soal defisit anggaran yang membengkak hingga ratusan milyar.

Problem lain adalah terbatasnya kemandirian desa. Dari 361 desa di Kuningan, hanya sebagian kecil saja yang berstatus Desa Mandiri. Artinya sebagian besar desa lainnya masih harus didorong menjadi desa yang lebih kuat mandiri, maju dan mampu membangun desanya atas dasar prinsip partisipasi, kemandirian, inovasi dan kreativitas. Termasuk perlunya peningkatan penghasilan dan pendapatan bagi aparatur pemerintah desa agar mereka bisa bekerja lebih giat lagi. 

Infrastruktur fisik masih banyak yang tidak layak, rusak dan terbengkalai. Dari total kurang lebih 800 km jalan yang menjadi kewenangan kabupaten, sekitar 180 km dalam keadaan rusak secara bervariasi (ringan, sedang, berat), terutama jalan desa dan jalan penghubung antar desa/kecamatan. Belum lagi kerusakan sarana/prasarana pendidikan, irigasi, pasar rakyat, rumah tidak layak huni dan lainnya.

Terbatasnya peluang investasi bagi para pemodal. Peluang investasi di Kabupaten Kuningan masih didominasi peternakan, perkebunan, kuliner, ekowisata, sektor industri rumah tangga dan pendidikan. Umumnya dalam skala yang masih terbatas. Manajemen investasi di daerah ini masih belum dikelola dengan optimal untuk mendatangkan minat investor berusaha di Kabupaten Kuningan.

Masalah lainnya adalah soal kualitas manusia. Kualitas manusia yang dimaksud di sini lebih merujuk pada watak, karakter, mental, juga kemampuan teknikal, manajerial dan kepemimpinan. Faktor-faktor ini masih harus dioptimalkan pada diri masyarakat dan aparatur Pemda/Pemdes agar tercipta kondisi psikologis yang memungkinkan pembangunan dan pemberdayaan Kuningan jauh lebih cepat.

Selain itu, harus diakui Kabupaten Kuningan belum memiliki grand design pembangunan dan pengembangan wilayah secara tepat, fokus dan komprehensif. Arah dan program pemerintah daerah terkesan sporadis, parsial dan tambal sulam. 

Pembangunan mutlak membutuhkan grand design pengembangan yang tepat, fokus, jelas, terukur, terarah dan komprehensif. Kabupaten Kuningan memerlukan blue print baru sebagai peta jalan (road maps) untuk penataan dan kemajuan daerah secara bertahap dan berkesinambungan.

Terhadap persoalan itulah, H. Yanuar Prihatin, M.Si tergerak hati dan pikirannya untuk turut membenahi, memperbaiki, menyempurnakan, mengembangkan dan jika perlu melakukan langkah terobosan untuk mengatasi beberapa contoh masalah akut tersebut.

Dengan moto Menuju KUNINGAN EMAS (Ekonomi Maju Adil Sejahtera) dukungan dari warga masyarakat dari berbagai desa/kelurahan begitu kuat dan banyak pula yang mengatakan, "sudah waktunya santri menjadi Bupati Kuningan".


Penulis: wartawan kamangkaranews.com anggota PWI Kabupaten Kuningan. 





Diberdayakan oleh Blogger.