Antisipasi Karhutla G Ciremai, BTNGC Siapkan 72 Embung Air
KUNINGAN (KN),- Kepala Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) Maman Surahman, mengatakan, hampir setiap tahun terjadi kebakaran hutan dan lahan terutama di wilayah utara.
"Untuk di Kabupaten Kuningan terdiri dari Padabeunghar, Pasawahan, Seda, Trijaya, Linggarjati dan terkadang daerah Sayana, sedangkan di Majalengka diantaranya Padaherang, Bantaragung, Payung dan Teja," sebut Maman kepada kamangkaranews.com di ruang kerjanya, Rabu (26/7/2023).
Pertanyaannya kenapa kebakaran di bagian utara ?, karena di sana vegetasinya sebagian besar semak belukar, alang-alang dan berbatu, beda dengan di sebelah selatan lebih hijau karena banyak pohon besar yang rindang, sehingga kecil kemungkinan terjadi kebakaran.
Disebutkan, Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) dengan luas 14.800 hektare dikelilingi 54 desa yang berbatasan langsung dengan kawasan TNGC. Di Kuningan ada 32 desa dan Majalengka 22 desa.
"Karena berbatasan langsung maka kemungkinan bisa terjadi kebakaran di Gunung Ciremai," katanya.
Dijelaskan, human error pasti ada karena terjadinya kebakaran hutan dan lahan 99 persen diakibatkan oleh manusia. Bisa saja warga masyarakat (petani) yang lahannya berbatasan langsung dengan kawasan TNGC setelah menebang pohon jagung atau tanaman lainnya kemudian untuk mempercepat kerjanya sisa tumbuhan itu dibakar.
Karena merasa lelah petani tersebut pulang tanpa memeriksa kembali apakah apinya sudah benar-benar padam atau belum, maka kobaran api meluas ke kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai yang banyak ditumbuhi semak belukar.
Upaya yang dilakukan TNGC dalam penanganan kebakaran yaitu sosialisasi, penyuluhan kepada warga masyarakat, pembuatan papan himbauan dan larangan. Kemudian, mempersiapkan SDM, misalnya pasukan MPA (Masyarakat Peduli Api).
"Kemarin ketika ada Apel Kesiapsiagaan Bencana Kekeringan, Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Tahun 2023 di Lapangan Kebun Raya Kuningan kami melakukan pembinaan kepada MPA di Desa Pasawahan," katanya.
Selain itu pula, ada mitra wisata yang mengelola 30 destinasi wisata dikawasan TNGC yang masuk di wilayah Kabupaten Kuningan, mereka menjadi deteksi dini ketika terjadi kebakaran dan sudah berkomitmen pro aktif memadamkan api dan melaporkan ke BTNGC.
"Upaya lainnya, membuat 72 embung air (bangunan yang berfungsi menampung kelebihan air pada musim hujan) untuk ketersediaan air jika terjadi kebakaran. Adapun jumlahnya di wilayah Kabupaten Kuningan 42 dan di Majalengka 30," sebutnya.
Gunung Ciremai kaya dengan air tapi mata air ada di bawah atau kaki gunung, jika terjadi kebakaran di tengah maka akan mengalami kesulitan, sehingga dibuat embung air yang terkonsentrasi di lokasi yang rawan kebakaran.
"Termasuk mesin pompa, selang, peralatan dalkar dan kendaraan untuk distribusi orang maupun peralatan sudah kita siapkan di resort-resort yang sering terjadi kebakaran," katanya.
Satu hal lagi, BTNGC membangun jejaring, salah satunya kemarin difasilitasi Sekda Kuningan menggelar Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan implementasi Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan.
Sebelumnya dengan Bupati Kuningan Apel Kesiapsiagaan Bencana Kekeringan, Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Tahun 2023 di Lapangan Kebun Raya Kuningan.
Ia berpesan kepada warga masyarakat agar melestarikan alam dan mengajak menghijaukan Gunung Ciremai untuk kehidupan, minimal masyarakat Ciayumajakuning yang lebih baik karena sumber air ada di Gunung Ciremai.
"Jangan sampai Gunung Ciremai tandus dan sumber mata air mengering, sedangkan populasi manusia terus bertambah, bisa terbayang bagaimana sengsaranya," kata Maman menutup perbincangan.
Pewarta : deha.
Post a Comment