Bupati Acep Paparkan Kearifan Lokal Kuningan Bersama 9 Kepala Daerah Lainnya Dalam HPN 2023
KUNINGAN - Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) mengapreasiasi inovasi dan pemikiran Bupati Kuningan, Acep Purnama dan 9 kepala daerah lainnya di Indonesia dalam mempertahankan budaya di tengah arus globalisasi.
Ketua PWI Pusat, Atal Sembiring Depari, mengatakan, ia membuka Dialog Kebudayaan bersama 10 bupati/walikota, Kementerian Pertanian, Kementerian PUPR, Dirjen Kebudayaan, Dewan Pers dan para juri di Hotel Santika Dyandra, Medan, Sumatera Utara.
Dalam siaran persnya, Rabu (8/3/2023) Atal menjelaskan, Dialog Kebudayaan merupakan salah satu rangkaian agenda Hari Pers Nasional (HPN) 2023 yang dilaksanakan Selasa (7/2).
“Saya salut dengan inovasi dan pemikiran para kepala daerah dalam mempertahankan budaya dan kearifan lokal di tengah arus globalisasi dan pesatnya kemajuan negara super power," ujar Atal.
Peran pers juga dalam mempertahankan budaya sangatlah penting guna menyeimbangkan informasi global dan ikut menjaga, mempertahankan dan melestarikan keanekaragaman budaya Indonesia.
Dialog Kebudayaan yang dipandu moderator juga budayawan, Yusuf Susilo Hartono tersebut cukup menarik. Para kepala daerah satu persatu memaparkan tema yang disuguhkan saat presentasi AK-PWI 2023 pada 3 Januari lalu, diantaranya sub tema sandang, pangan dan papan.
Pesan budaya untuk pers, pemerintah dan masyarakat tersampaikan, yakni semua harus bisa menjaga kearifan lokal yang dimiliki daerahnya masing-masing.
Bupati Kuningan, Acep Purnama misalnya, ia memaparkan kaitan budaya dengan ketahanan pangan. Budaya adalah sesuatu hal yang merupakan tradisi dan turun menurun, mau tidak mau itu harus dipertahankan.
“Jati ulah silih ku junti (yang asli jangan sampai tergeser dengan yang baru dan pendatang-red), karena di sekeliling kita ada yang memiliki, ada yang harus dihormati dan ada yang harus dijaga,” papar Bupati Acep.
Jika sudah mempertahankan kebudayaan (kearifan lokal) maka akan timbulah rasa kemandirian, rasa hormat kepada orangtua, rasa sayang kepada lingkungan sekitar, termasuk merawat, menjaga dan melestarikan daerah (desa)nya sendiri.
Potensi dan kekayaan alam yang dimiliki Kuningan itu lah perlu dilestarikan, berawal dari kecintaan dan membangun desa maka akan lahir sebuah komitmen untuk cinta kepada daerahnya sendiri.
Hal tersebutlah yang menjadikan Bupati Acep “keukeuh” jika membangun harus diawali dari desa dan menjadi visi misi pasangan Bupati Acep dan Wakil M.Ridho Suganda.
“Desa adalah kekuatan utama yang berkesinambungan. Dari desa bisa menghasilkan padi, ubi jalar dan tanaman lainnya. Bagaimana kami juga harus mempertahankan konservasi dan kami juga tidak mudah memberikan ijin untuk investasi, jika kenyataannya merusak lingkungan dan kami berprinsip untuk mempertahankan budaya ini,” ujarnya.
Seperti tradisi Kawin Cai, yang mempertahankan sumber air dengan pola kawin cai. Juga Babarit, Seren Taun, Cingcowong dan tradisi lainnya.
Hal itu, menurut Bupati Acep jika dikolaborasikan dengan teknologi modern dan tetap menghormati tradisi ulu-ulu, maka Bupati Acep yakin keseimbangan hidup akan tetap terjaga.
Hal itu pun senada dengan bupati lainnya, seperti Bupati Halmahera Selatan, Sidik, yang memaparkan tema pangan dengan inovasi kopranya bisa membangkitkan ekonomi.
Begitu pula Bupati Serdang Bedagai, dengan inovasi Cetak Sawah Mandiri, Bupati Indragiri Hilir, dengan inovasi kelapa-nya, Bupati Agam, Bupati Sleman dan Walikota Medan yang menetapkan 13 etnis sebagai warisan budaya yang harus ditanamkan di pegawai lingkungan pemerintah daerahnya.
Dirjen Kebudayaan, Restu dan Sekjen Kementrian PUPR, Moh. Zaenal Fatah merespon semua paparan para kepala daerah tersebut dan ia sangat responsif ke Kabupaten Kuningan dengan mempertahankan tradisi pangannya dengan tradisi budaya.
“Kita sepakat jika menempatkan kebudayaan bukan sebagai masa lalu tetapi masa kini dan masa depan,” tandas Restu.(*)
Post a Comment