Kemenag : KBM Tetap Dilaksanakan dan Pemulihan Psikologis Santri
"Kejadiannya kan Minggu (20/11) pukul 21.48 WIB, saya telpon pimpinan Ponpes dan menanyakan kebenarannya dan besok paginya saya ke sana bertemu dengan Pak Jumhaer," katanya kepada kamangkaranews.com di ruang kerjanya, Selasa (22/11/2022).
Ia mendapatkan penjelasan mengenai kronologis kejadiannya yang sama dengan berita yang telah beredar di media.
Ada beberapa point yang ia sampaikan kepada pimpinan ponpes, pertama, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) harus tetap dilaksanakan dan psikologis anak yang sedang belajar harus dipulihkan serta kondusif.
"Jangan menimbulkan trauma para santri tidak mau mondok di sana dan ada orang tua yang mengambil paksa anaknya dari ponpes itu," katanya.
Kemudian kedua, proses hukum tetap berlanjut diserahkan ke pihak berwajib yang menangani dan hasilnya seperti apa harus dihormati semua pihak.
Informasinya ketiga santri pelaku kekerasan sudah diamankan kepolisian dan jasad korban sudah diotopsi, tinggal menunggu hasilnya jangan mendahului proses yang dilakukan kepolisian.
"Atas kejadian kemarin kami belum bisa memberikan tindakan apapun terhadap lembaga selain menunggu proses hukum dari kepolisian," katanya.
Selanjutnya yang ketiga, harus segera berkomunikasi jangan sampai terjadi miskomunikasi, baik dengan keluarga korban, pihak terkait yaitu Pemerintah Desa, Kecamatan maupun Kabupaten Kuningan.
Selain itu, guru-gurunya membentuk tim, siapa yang menghadapi media, wali santri dan pihak-pihak terkait untuk meyakinkan KBM tidak terganggu dan Ponpes harus memberikan pembinaan yang lebih maksimal lagi.
Menurutnya, ia mengetahui perkembangan Ponpes Al-Ikhlas sejak awal didirikan hingga jumlah santrinya mencapai 500an, ada yang sekolah di MTs dan Aliyah.
Secara umum, Ponpes sudah mendapat kepercayaan dari masyarakat karena proses pembelajarannya, sistem kurikulumnya dan prestasinya.
"Kejadian di Ponpes Al-Ikhlas Jambar mungkin sebuah musibah dan cobaan," katanya.
Meskipun musibah, ia menyarankan ke depan harus ada wali asrama dan keamanan asrama, maka ustadz benar-benar melakukan pengawasan, jangan diserahkan kepada anak atau santri nanti akan timbul senioritas diantara mereka.
Namun, ia mendapat keterangan, sebenarnya ustadz di sana selalu monitoring ke asrama, hanya saja pada kejadian kekerasan santri yang menimbulkan korban meninggal dunia, pada malam itu ustadz tersebut tidak melakukan monitoring karena cucunya dirawat di rumah sakit.
Ia mengusulkan untuk memperbaiki pola asrama boarding school ini karena kurikulum di ponpes merupakan perpaduan antara kurikulum berbasis pesantren modern dan tahfiz salafiah serta sudah banyak berprestasi maupun melanjutkan sekolah ke luar negeri.
"Kami turut berduka atas meninggalnya santri di Pondok Pesantren Al-Ikhlas Jambar dan ini bukan sistem yang salah tapi kesalahan individu," katanya.
Di akhir pembicaraan, ia menyampaikan bahwa Kemenag akan lebih intensif mengadakan pertemuan dan dialog dengan FKPP (Forum Komunikasi Pondok Pesantren) di Kabupaten Kuningan.
Pewarta : deha
Post a Comment