KISAH ini sebenarnya sengaja dirahasiakan selama
puluhan tahun oleh narasumber karena dianggap aib bagi kehidupan pribadinya
sebagai mantan pecandu narkoba jenis ganja dan minuman keras (miras).
Ia lahir di
salah satu kabupaten di Jawa Barat. Tahun 80an pindah domisili ke kota besar masih di Jawa Barat, melanjutkan sekolah
di sana karena pindah tugas pekerjaan bapaknya.
Ia merupakan
anak sulung mempunyai tiga orang adik laki-laki, satu perempuan dan tinggal di
komplek perumahan.
Saat duduk
di kelas 2 SMA, ibu kandungnya meninggal dunia karena suatu kecelakaan. Ia
kehilangan kasih sayang dari seorang ibu karena ia sangat dekat dengan ibunya.
Bahkan setiap
persoalan yang dihadapinya selalu diungkapkan kepada ibunya (kalau zaman
sekarang curhat).
Setelah
ibunya wafat, ia tinggal bersama satu orang adik laki-laki karena tiga orang adiknya
yang masih kecil bersama dengan neneknya di kampung halamannya.
Tidak ada
lagi figur ibu untuk mencurahkan perasaannya, bercerita tentang
perempuan yang ia sukai sejak pertama pindah rumah ke kota itu.
Sejak ibunya
meninggal dunia, ia menjadi pencandu narkoba dan minuman keras. Ia sering mabuk
atau teler di luar rumah.
Kendati demikian, ia mudah bergaul dan punya banyak teman di sekolah maupun tempat tinggalnya. Setiap hari rumahnya selalu dikunjungi teman-temannya
sekedar minum kopi atau makan bersama.
Ia menyukai
musik dan menyanyi, sehingga tidak heran kalau ia disukai dua orang siswi di
sekolahnya, termasuk gadis di komplek perumahan itu berinisal DW.
Suatu hari di
komplek perumahan itu datang seorang perempuan dari kota lain untuk berlibur,
menginap di rumah saudaranya yang mempunyai toko kelontongan.
Menurut
kabar, perempuan berinisial CN itu merupakan mahasiswi semester IV salah
satu perguruan tinggi swasta. Wajahnya cantik, kulit putih, rambut lurus, bibir tipis dan
matanya agak sipit.
Dengan
adanya CN banyak pemuda sering berbelanja, terutama dari luar komplek
perumahan, biasanya dilanjutkan nongkrong di teras depan toko tersebut.
Awalnya narasumber
tidak tahu kalau di toko itu ada orang baru, setelah membeli rokok kemudian duduk bersama teman-temannya di depan toko dan secara kebetulan ada yang membawa gitar,
maka ia pun bernyanyi diiringi petikan gitar.
Tak lama, dari
dalam toko CN keluar, lalu duduk tidak jauh darinya. Ia hanya melirik
sekejap kepada CN dan meneruskan bernyanyi tidak mempedulikan
kehadirannya.
Usai menyanyikan
satu lagu, ia berdiri hendak meninggalkan tempat itu, namun sebelum kakinya melangkah,
ia menatap mata CN sekian detik, tanpa basa basi apalagi tersenyum, ia pun bergegas pulang.
Sejak saat
itu, CN menjadi dekat dengan teman-temannya, apalagi adiknya menaruh hati
kepada salah seorang anak perempuan pemilik toko itu, maka CN semakin sering
menanyakan tentang dirinya.
Ketertarikan
CN kepada dirinya nampak sekali ketika ia menyuruh adiknya membelikan rokok ke
toko itu tapi setelah pulang ke rumah, uangnya diberikan lagi kepadanya dengan
alasan di toko itu tidak ada uang kembalian karena sudah belanja ke pasar.
Setelah
beberapa hari, ia baru mengetahui ternyata rokok tersebut dibelikan oleh CN.
Namun sikapnya tidak bergeming karena memang tidak menyukai CN, apalagi usianya berbeda sekira tiga tahun lebih tua dari dirinya.
Ia sering
mendengar cerita dari teman-temannya, kalau CN menyukainya meskipun dirinya
dituding dan dianggapnya sebagai laki-laki sombong, angkuh dan dingin.
Bahkan CN
terang-terangan sering menitip salam kepada teman-temannya untuk disampaikan
kepada dirinya.
Ia
tidak tergoda oleh cerita dari teman-temannya karena yang ada di dalam
pikirannya hanyalah alkohol dan narkoba yaitu ganja, dalam bahasa gaulnya disebut gele atau lesi (dari bahasa Inggris lazy artinya malas, biasanya setelah menghisap ganja bersifat pemalas).
Ketika berusia
18 tahun dan masih duduk di kelas 3 SMA swasta di kota itu, bapaknya
dipindahkan lagi tugasnya ke kota lain, pulangnya seminggu sekali dan kebiasaan mabuk miras dengan narkoba dilakukan di kamar tidurnya.
Tragedi pun
terjadi, pada suatu malam, ia berada di kamar sendirian dan sedang mabuk berat
atau teler akibat menenggak satu botol miras dan menghisap ganja empat linting.
Sambil "fly" ia mendengarkan musik rock (heavy metal) duduk di lantai
membelakangi pintu kamar, tiba-tiba dari belakang ada orang memeluknya.
Tak pelak,
ia sangat terkejut, apalagi saat itu hanya memakai kaos singlet dan celana
pendek, terlebih lagi yang memeluknya adalah CN.
Entah
mengapa, mungkin karena pengaruh alkohol dan narkoba, ia menuruti kemauan CN
ketika tangannya ditarik agar berdiri, lalu badannya dipeluk kemudian diajak duduk
di sisi tempat tidur, setelah itu tubuhnya direbahkan terlentang.
Ia tidak tahu berapa lama kejadian itu berlangsung namun ia merasakan sesuatu yang sangat dahsyat dan baru pertama dialaminya, setelah itu ia pun tertidur.
Besok paginya setelah mandi,
ia merenung di dalam kamar, mengingat kembali kejadian tadi malam
dan ia pun sangat marah menyesali setelah dirinya sudah tidak perjaka lagi.
Sore harinya ia
sengaja menemui CN menanyakan sudah berapa kali melakukan perbuatan itu dengan
laki-laki lain. Menurut pengakuannya sudah tiga kali bersama pacarnya di kota
tempat asalnya dan yang keempat dengan dirinya.
Sejak itu,
ia jarang masuk sekolah, lebih menyukai menyendiri di kamar tidurnya dan selalu
membantah perintah bapaknya ketika ada di rumah. Maka tak heran jika ia sering
dimarahi bapaknya.
Karena saat
itu usianya masih labil, ia nekad kabur dari rumahnya, tinggal bersama kakak Almarhumah ibunya dan melanjutkan pendidikan SMA di salah satu kabupaten tempat ia dilahirkan.
Sedangkan
adik laki-lakinya masih di rumah itu bersama salah seorang saudaranya yang kebetulan datang
dari kampung halaman.
Setahun kemudian, ia kembali ke rumahnya (sebelum rumah itu dijual bapaknya karena menetap di kota tempat bekerja terakhir), ternyata CN sudah menikah
dengan laki-laki warga setempat.
Waktu pun berlalu, kini ia
berusia hampir 57 tahun, dikarunia
tiga orang anak, dua laki-laki dan satu perempuan yang sudah menikah.
Kisah ini
sengaja disimpan selama puluhan tahun, namun usai hari raya Idul Fitri tahun
ini tiba-tiba ia teringat kembali kehidupan masa lalunya merasa sangat bersalah menjadi "budak" narkoba dan miras.
Di akhir
pengakuannya, ia berpesan kepada siapa pun agar menjauhi narkoba dan minuman
keras karena barang haram itu merusak pikiran dan menjadi sumber
malapetaka.
*)
Diceritakan kembali kepada redaksi kamangkaranews.com, permintaan
narasumber, nama orang, lokasi kabupaten/kota, tempat tinggal dan nama sekolah tidak
dicantumkan.
Post a Comment