|
Salah satu lokasi kerusakan jalan baru Awirarangan |
KUNINGAN
(KN),- Rusaknya jalan baru di Kelurahan Awirarangan, Kecamatan Kuningan,
Kabupaten Kuningan, menurut salah seorang warga setempat, jangan sampai
ditanami pohon pisang di tengah jalan.
Kepada kamangkaranews.com, warga berinisial Yo, mengatakan, intina mah
ulah aya jalma melak tangkal cau di tengah jalan nu ruksak (intinya jangan sampai
ada orang menanam pohon pisang di tengah jalan yang rusak), Jumat (29/4/2022) sore.
Menurutnya, jalan yang panjangnya hampir 2000 meter menghubungkan Awirarangan dengan Windusengkahan, pembangunannya terkesan terburu-buru dan
asal jadi.
“Seharusnya dilakukan
pemadatan atau pengerasan tanah, kemudian pondasi batu agak besar dan batu split, selanjutnya
diaspal tapi apa yang terjadi, pembangunan jalan itu tanahnya masih lembek,
dilapisi batu split terus diaspal, ya cepat rusak,” katanya.
Padahal,
imbuhnya, keberadaan jalan baru Awirarangan yang belum diberi nama tersebut
merupakan jalan alternatif dan sering dilalui pengendara dari daerah Ancaran
atau Windusengkahan ketika akan ke pusat Kuningan kota.
“Jalan baru
itu seharusnya bisa mempercepat transportasi tetapi kerusakan jalan yang sangat
parah malah sebaliknya menghambat waktu dan kendaraan cepat rusak,” kata dia di kediamannya.
Sepengetahuannya,
jalan baru Awirarangan sering ditambal namun karena tanahnya tidak padat maka jalan
itu berlobang lagi.
Ditanya apakah
pernah ada pengendara motor terjatuh ?, ia mengungkapkan, banyak pengendara sepeda
motor terjatuh terutama ketika hujan karena jalan tertutup air dan pengendara
tidak tahu kalau di sana banyak lobang yang cukup dalam.
“Padahal
jalan baru itu sering dilalui pejabat ketika bersepeda pada hari libur kerja,
entah kenapa seakan-akan dibiarkan begitu saja tanpa ada yang peduli dan
memberitahukannya ke Bupati Kuningan,” tandasnya.
Ia berharap,
Pemda Kuningan secepatnya memperbaiki jalan baru Awirarangan-Windusengkahan, apalagi
menjelang Idul Fitri tahun ini pasti banyak pemudik datang dan jumlah kendaraan
pun akan bertambah.
Pewarta :
deha
Post a Comment