Diskusi “Pentahelix” Disporapar Menuai Kritikan
KUNINGAN
(KN),- Diskusi yang diselenggarakan Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata
(Disporapar) Kabupaten Kuningan, Selasa (24/8/2021) ternyata menuai kritikan
berbagai kalangan.
Pasalnya, diskusi bertema “Sinergitas Bidang Kepemudaan, Keolahragaan dan Kepariwisataan
Dengan Pendekatan Pentahelix” tidak mengundang secara formal salah satu unsur
yang ada di dalam Pentahelix yakni media.
Konsep
Pentahelix meliputi 5 unsur yaitu Pemerintah (Political Power),
Komunitas Masyarakat (Social Power), Akademisi (Knowledge Power), Pebisnis atau
Pengusaha dan Media.
Diskusi yang
dihadiri Bupati Kuningan itu, mengundang akademisi seperti Rektor UNIKU,
UNISA dan STKIP Muhammadiyah Kuningan serta Ketua KNPI, perwakilan Karang
Taruna, para Aktivis BEM, perwakilan Asosiasi Desa Wisata dan pejabat internal Disporapar.
Pengamat
Kebijakan Publik, H.R. Ayip Syarif Rahmat, ketika diminta pendapatnya,
mengapresiasi program yang digelar Disporapar Kabupaten Kuningan, kemarin,
dalam rangka pengembangan potensi desa dan perdesaan dengan konsep Pentahelix (multipihak).
“Saya secara
pribadi memberikan apresiasi dan penghargaan kepada Kepala Disporapar,” katanya
melalui WhatsApp, Rabu (25/8/2021).
Hanya saja, imbuhnya,
tanpa melibatkan semua unsur termasuk elemen terkecil dari masyarakat program
apapun sulit untuk dipahami oleh masyarakat sebagai obyek sekaligus subyek dalam
pembangunan.
“Diskusi itu
dihadiri unsur akademisi lengkap, pelaku usaha serta perwakikan OKP, namun
informasi bahwa media cetak maupun online yang merupakan komponen penting dalam
kegiatan tersebut tidak dilibatkan atau diundang secara resmi,” katanya.
Hal ini
merupakan sebuah kelemahan yang sangat besar bagi instansi manapun yang
melakukan sosialisasi program, termasuk Disporapar ketika melaksanakan kegiatan
diskusi bertema “Sinergitas Bidang Kepemudaan, Keolahragaan dan
Kepariwisataan Dengan Pendekatan Pentahelix.”
Sepertinya pers
tidak dianggap penting, padahal pers (media) cukup besar pengaruhnya terhadap pembangunan
sebuah bangsa dan setiap pimpinan dimanapun, baik pemerintah maupun swasta
haruslah memiliki wawasan tentang media atau pers.
Minimal
memahami UU RI No 40 tahun 1999 Tentang Pers, terutama pasal 2 butir 1, bahwa Pers nasional mempunyai fungsi informasi,
fungsi pendidikan, fungsi hiburan, fungsi
sosial kontrol dan ekonomi.
Masih kata
Kang Ayip, panggilan akrabnya, kegiatan kemarin seharusnya pers diberi ruang
termasuk sebagai narasumber.
“Tujuannya
untuk memberikan sebuah komitmen dalam pengembangan potensi desa, apalagi temanya
sinergitas, jadi harus bersinergis dengan siapapun termasuk membangun harmoni dengan
dunia pers,” katanya.
Ini merupakan
sebuah pembelajaran, khususnya bagi dinas instansi agar tidak melupakan pers
dalam setiap event demi mencerdaskan bangsa.
Sehingga masyarakat
paham terhadap program pemerintah dan merasa memiliki serta berupaya untuk memelihara
maupun mengembangkannya sesuai dengan target yang diharapkan.
“Kalau teman-teman
pers hadir dalam sebuah acara dinas, itu merupakan kewajiban sesuai tupoksinya
tetapi pada acara diskusi kemarin sifatnya wajib dilibatkan secara resmi dan
diundang khusus untuk memberikan materi yang terkait dengan isi tema,” pungkasnya.
Sementara
itu, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Kuningan, Nunung
Khazanah, melalui WhatsApp, mengatakan, ia ingin menyikapi kalimat Pentahelix.
Menurut Nunung, dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Pentahelix itu multipihak ada unsur pemerintah,
akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas dan media bersatu
padu berkoordinasi serta berkomitmen untuk mengembangkan potensi lokal desa dan
kawasan perdesaan.
Dalam hal
acara yang digelar Disporapar bukan Pentahelix karena tidak melibatkan media
massa, masih pincang. Pentahelix itu harus melibatkan lima unsur seperti yang disebutkan
di atas.
“Nah ini
baru empat, medianya tidak dilibatkan. Bagaimana mau maju dan bersinergi,
bersatu padu dan terintegrasi, jika media saja tidak dilirik ?,” tanya Nunung
Apalagi masalah pariwisata yang konon wisata tidak akan bisa maju dan berkembang apabila
tidak bisa dikenal orang, tidak dipublikasikan oleh media, untuk menyentuh
sasaran saja tidak bisa
Terpisah,
Kadis Porapar, Toto Toharudin, saat dikonfirmasi melalui WhatsApp, hingga
berita ini diturunkan, tidak memberikan jawaban.
Pewarta :
deha
Post a Comment