Baksos PIRA Peduli Penderita HIV Bagikan Paket Lebaran
KUNINGAN
(KN),- Salah satu program kerja Perempuan Indonesia Raya (PIRA) Kabupaten
Kuningan di bidang sosial layak diacungi jempol.
Betapa
tidak, di tengah pandemi COVID-19 dan menjelang Hari Raya Idul Fitri 1442 H/2021
M, memberikan bantuan paket lebaran kepada puluhan penderita HIV maupun ODHA
(Orang Dengan HIV AIDS) di Klinik Edelweis, RSU 45 Kuningan, Rabu (5/5/2021).
Ketua PIRA
Kabupaten Kuningan, Sri Laelasari yang juga anggota Komisi III DPRD Kabupaten
Kuningan, mengatakan, kegiatan hari ini dalam rangka berbagi dengan penderita
HIV terutama ibu rumah tangga dan anak-anak.
“Karena
titik sasaran kami di PIRA adalah ibu-ibu rumah tangga dan anak, kita
mengedukasi mereka saling bercerita agar tetap semangat menjalani kehidupan
meskipun dalam kondisi menderita karena HIV,” katanya.
Dijelaskan,
PIRA baru kali pertama diajak sharing dengan para penderita HIV karena perempuan
adalah sosok yang luar biasa, apalagi prinsip penderita HIV yaitu jauhi
penyakitnya dekati orangnya.
Ditanya
berapa jumlah penderita HIV di Kabupaten Kuningan, ia tidak menyebutkan karena fluktuatif,
ada yang sudah meninggal dunia.
“Untuk kali ini
yang kami lihat dan pantau dari golongan LSL (Lelaki Suka Lelaki) sedangkan ibu
rumah tangga sudah mulai agak surut walaupun mereka merupakan pantauan kami karena
berbagai faktor tapi mayoritas tertular dari suaminya,” katanya.
Termasuk
pantauan kepada anak-anak, bisa saja ibunya positip tapi tidak tertular karena
ketika melahirkan dengan cara operasi cesar.
Itu sedang dipantau
jumlah penambahannya karena ketidakpahaman mereka apa yang terjadi pada dirinya
ketika dinyatakan oleh dokter positip mereka merasa terasing di lingkungannya.
“Nah saya di
sini memberikan suport kepada perempuan yang memang mereka positip, termasuk
anak-anak,” katanya.
Ditanya
mengenai perhatian dari pemerintah terhadap masyarakat penderita HIV, ia
menerangkan, selama ini cukup baik dengan memberikan tempat di Klinik Adelweis
RSU 45 Kuningan asuhan dr. Sopi Sopiawati.
Diakui Sri,
dirinya percaya kepada dr Sopi karena begitu intens kepada para penderita HIV
yang merupakan pasiennya mengajak untuk rutin minum obat ARV dan menghilangkan stigma
di lingkungan agar jangan merasa takut.
“Nanti saya akan
mengajak komunitas lain untuk berempati kepada mereka, memang penyakitnya harus
dijauhi tapi orangnya tidak agar merasa nyaman di lingkungannya,” katanya.
Penyakit HIV
di kalangan perempuan mungkin asing bagi mereka tapi fungsi sebagai sosok ibu
dan istri, mereka harus menjadi kuat.
Ia berharap
perhatian pemerintah daerah dalam menangani ODHA, apalagi penderita yang muincul
belum berusia 17 tahun, bukan hanya Dinas Kesehatan saja tapi termasuk Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan untuk memberikan edukasi tentang kesehatan reproduksi.
“Minimal
memberikan pemahaman hubungan seksual sesama sangat berbahaya, begitu pula seks
bebas,” pungkasnya.
Sementara
itu, dr Sopi Sopiawati, menuturkan, penderita penyakit HIV harus rajin minum
obat ARV dan saling berbagi antar penderita untuk menimbulkan semangat, bahwa
mereka tidak sendiri.
“Mudah-mudahan
di lingkungannya bisa terjaga agar virusnya tidak bertambah dan minum obat
tepat waktu, ibu-ibu di sini harus kompak,” harapnya.
Ia
menyebutkan, ada sekitar 20 anak-anak masih akses ARV, sedangkan ibu rumah
tangga jumlahnya agak sedikit berkurang.
deha
Post a Comment