Nono Supriatna, dari Kesehatan ke Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial
Menjadi
Aparatur Sipil Negara (ASN) atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) harus siap
ditempatkan dimana saja, termasuk melaksanakan tugas baru yang berbeda dari
sebelumnya.
Adalah Nono
Supriatna, Sos, MSi, meniti karier di pemerintahan sejak 1987 dan sekarang
menjabat Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial (Linjamsos) di Dinas
Sosial Kabupaten Kuningan.
Kepada kamangkaranews.com di ruang kerjanya, Rabu (13/1/2021) ia menceritakan pengalaman pekerjaannya, pertama ditugaskan di
Puskemas Cidahu, tiga tahun kemudian ada kesempatan mengikuti pendidikan ke Akademi
Perawatan di Bandung.
“Alhamdulillah
dari 50 orang setelah proses test, saya dan empat orang dari Kabupaten Kuningan,
Bandung dan provinsi lainnya masing-masing 5 orang diterima, saya lulus tahun
1993,” tuturnya.
Tahun 1993, ia
tugaskan di Puskemas Kuningan di Cijoho, 1994 dipindahkan ke Puskesmas Sindangagung
dan kebetulan ada otonomi daerah ia mendapat amanah menjadi pejabat struktural menjadi
Kepala Puskesmas Hantara 2001-2006.
Kemudian, dipindahkan
ke Puskesmas Nusaherang, pindah lagi ke Puskesmas Darma dan Puskesmas Lamepayung,
setelah itu ia mendapat promosi jabatan di RSUD 45 tahun 2013.
“Tahun 2020,
tepatnya bulan Agustus, saya mendapat mutasi ke Dinas Sosial, membidangi Perlindungan
dan Jaminan Sosial (Linjamsos) dan bertepatan dengan adanya pandemi Covid-19
sehingga kegiatan di sini banyak sekali yang perlu dilakukan,” ucapnya.
Ia mengakui,
jika dibandingkan dengan basicnya di kesehatan, awalnya ia bertanya kepada
diri, apakah mampu tidak melaksanakan tugas yang berhubungan dengan masalah kebencanaan
dan sosial.
Kendati
demikian, hal itu bisa dikerjakan karena menurut pria tipikal pekerja tersebut,
kegiatan kebencanaan maupun perlindungan jaminan sosial, misalnya Taruna Siaga
Bencana (Tagana), Program Keluarga Harapan (PKH) dan lainnya berjalan lancar.
“Seiring
berjalannya waktu, Alhamdulillah dengan adanya dukungan dari teman-teman di
sini saya dapat melaksanakan tugas yang diamanahkan pimpinan maupun negara,”
katanya.
Memang ada
perbedaan, dulu di lingkup rumah sakit menangani keperawatan dan pelayanan kesehatan
masyarakat, namun sekarang lebih kompleks karena menyangkut kebencanaan dan
persoalan sosial yang lebih luas se-Kabupaten Kuningan.
“Ketika ada informasi
bencana, apa yang bisa kita bantu dan melihat kebutuhan manusia yang terdampak bencana
karena kita berorientasi kepada perlindungan terhadap manusianya bukan fisik
atau infrastruktur dan fasilitas lainnya,” katanya.
Bukan hanya
itu, Dinas Sosial melalui Tagana melaksanakan Program Kali Bersih (Prokasih) di
Desa Parakan, Kecamatan Maleber, beberapa waktu lalu yang sangat direspon Bupati
Kuningan yang turun langsung melihat sungai.
“Bagi saya,
itu merupakan kebanggaan bisa melakukan sosialisasi bahaya membuang sampah
sembarangan, kita mengajak berbagai unsur termasuk leading sektornya Dinas
Lingkungan Hidup,” katanya.
Diakui Nono,
untuk meningkatkan kinerja di Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial
(Linjamsos) perlu ditunjang anggaran yang proporsional.
Selain itu
juga, kelengkapan fasilitas kerja, misalnya laptop karena hingga saat ini menggunakan
laptop miliknya yang dibawa dari rumah.
“Mudah-mudahan pemegang kebijakan di Pemkab Kuningan bisa merealisasikan kebutuhan kami sehingga membantu dalam pelaksanaan program kerja,” katanya.
Menyikapi data
penerima PKH untuk tahun 2021, ia menyebutkan sudah mengusulkan tambahan 10.000
orang ke Kementerian Sosial nanti dari pusat dilakukan validasi data untuk dimasukan
ke dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
“Dinas Sosial
Kabupaten Kuningan menerima kembali data yang sudah divalidasi oleh Kementerian
Sosial dan bagi masyarakat yang belum tercatat silahkan menghubungi pendamping
PKH di desa masing-masing,” kata suami Imas Nurjanah yang sudah dikaruniai dua
orang anak itu menutup pembicaraan.
deha
deha
Post a Comment