Bamsoet : Masyarakat Multikultur Rentan Konflik Horizontal
PURABALINGGA (KN),- Kondisi masyarakat
Indonesia yang multikultur, menurut Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo, memiliki
suatu kelemahan, yaitu rentan terhadap konflik horizontal yang mengakibatkan
disintegrasi bangsa.
Dalam siaran persnya, dijelaskan, konflik
horizontal adalah konflik antar kelompok atau masyarakat yang didasari atas
adanya perbedaan identitas, seperti suku, etnis, ras dan agama.
“Konflik horizontal bersifat massal biasanya
diawali adanya potensi konflik yang kemudian berkembang dan memanas menjadi
ketegangan, sampai akhirnya pecah menjadi konflik fisik," terang Bamsoet, ketika
memberikan kuliah umum pada kuliah perdana di UNPERBA, Purbalingga, Jawa
Tengah, Jumat (13/9/2019).
Salah satu konflik horizontal yang paling
sering terjadi di Indonesia adalah konflik etnik dan yang terkait dengan
kesalahpahaman dalam kehidupan beragama. Sebagai unit sosial dari masyarakat
yang multikutur, perbedaan antara kelompok etnik dan agama biasanya menimbulkan
permasalahan sendiri.
Kondisi itu sejalan dengan ciri-ciri dari
masyarakat majemuk, yaitu hidup dalam kelompok-kelompok yang berdampingan
secara fisik, tapi tersegregasi karena perbedaan sosial.
Penyebab konflik tersebut berkaitan erat
dengan penurunan nilai-nilai bela negara di dalam masyarakat. Konflik
horizontal biasanya terjadi karena adanya identitas lokal yang lebih kuat
dibandingkan identitas nasional, sehingga warga negara melupakan hakikat bangsa
seperti yang dicantumkan di dalam Pancasila.
“Hal tersebut terjadi karena kurangnya
pembentukan, sosialisasi dan pendidikan mengenai nilai-nilai bernegara.
Padahal, membangun kesadaran bela negara pada generasi muda merupakan sesuatu
yang tidak bisa dianggap remeh, karena generasi muda merupakan penerus bangsa
Indonesia," tutur Bamsoet.
deha--
Post a Comment